Senin, 23 Juli 2012

Indah pada waktunya


Aku lipat sajadah setelah shalat dhuha dan alquran yang selesai ku baca. Aku kembali bersyukur, bersyukur untuk nikmat-Mu yang tak pernah henti kepadaku. Kembali lagi Kau menegurku, ketika aku merasa rapuh kau tegur aku lewat cara lembutMu. Ya, baru saja sebelum shalat dhuha tadi aku merasa sepi!
Sepi karena bagiku ramadhan yang katanya bulan ampunan ini tak lagi semenarik beberapa tahunn silam ketika ada papah! Sekali lagi terbesit dipikiranku andai saja masih ada papah, andai ramadhan ini ada papah, rasanya seperti ada yang kurang ramdhan yang ketiga kalinya tanpa papah. Ya Allah kenapa begitu cepat, selalu itu yang jadi pertanyaanku ketika kerinduan kepada papah begitu menggebu. Ah aku ingin seperti anak perempuan lain yang bisa tertawa lepas bersama ayahnya, lalu aku? Ya memang dulu aku pernah seperti itu tapi kini tak akan pernah lagi. Cobaan yang mungkin sebenarnya bukan cobaan. Karena setiap yang datang pasti akan pergi layaknya papah. 
Al- Huud:4     “karena Allah kembalimu, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”

Astagfirullah! Ku ucapkan kata itu berkali-kali ketika sahabatku tiba-tiba saja mengirim pesan betapa ia rapuh dengan keadaan keluarganya.
Hey uti! Lihat lihat bukan Cuma lo aja yang punya cobaan tapi masih banyak yang lain, dan mungkin cobaan lu gak ada apa-apanya dibanding orang lain. “gumam ku dalam hati’                                                               
Ketika ku coba kuatkan sahabatku ini tanpa kusadari aku sedang menguatkan diriku sendiri. Ah! Apa-apan si gue hidup kan emang selalu begini *selftoyor*

Atau lihat, keluarga sahabat lo yang luarnya terlihat rapih tapi dalemnya rapuh, berantakan yang gak akan pernah lu alamin ya karena selama ini Allah terlalu sayang mencurahkan kebahagian ke papah dan mamih, ah bahkan melihat mereka bertengkar saja jarang!
Atau lihat, orang itu yang benar-benar sekalipun tidak tahu rasanya belaian kasih sayang ayah, merasakan sahur,berbuka,dan shalat id bersama. Bahkan pegangannya Cuma ibunya tapi apa? Ia begitu kuat! Kuat untuk hidupnya,mimpinya,dan ibunya!

Bersyukur adalah cara termudah ketika kamu merasa jatuh, ketika kamu merasa kurang, ketika kamu merasa sendiri. Aku bersyukur ya semestinya aku bersykur karena masih ada mamih yang kuat yang tak pernah lelah untuk kami semestinya aku bersyukur aku bisa berbakti kepada papah di masa terakhirnya dibulan puasa itu bahkan tidur disebelahnya untuk terkahir kali. Betapa Allah begitu sayang padaku ia biarkan aku menikamti masa-masa terkahir bersama papah sampai di detik nafas terakhirnya, karena tidak semua orang di berikan Allah waktu terbaik seperti itu. Kini, memang keluarga yang ku miliki pincang tanpa kehadiran papah tanpa pegangan. Tapi hidup harus terus jalan dan bersabar menjalani semuanya, dan aku tahu tanpa aku minta papah selalu ada di dekatkku selalu berdoa untukku selalu tersenyum untukku selalu ikut bersedih ketika aku berduka. Allhamdulilah, ucapku! Terimakasih ya Allah aku berada di tengah keluarga ini, di tengah hamba-hambaMu dan Engkau yang selalu ada di dekatku. Kehidupan akan indah pada waktunya, waktunya yang sudah Kau atur dengan sangat cantik dan rapih dengan dibubuhin sedikit pemanisnya. Ya…..
Cobaan itu tandanya Allah sayang kita! Simple kan cara Allah menyayangi kita.
Al-Huud:4
dan bersabarlah, karena sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan