Selasa, 18 Desember 2012

aku khawatir.

Pagi ini seperti biasa aku dibangunkan oleh morning call dari beliau. Tapi kali ini ada yang berbeda, dari suara di telponnya ia bercerita hari ini akan mengurus segala keribetan untuk pensiunnya tahun depan. Hah, awal setelah mendengar ceritanya aku hanya bilang “hati-hati, jangan lupa kabari”
Aku memang sellau cemas ketika beliau akan pergi kemana pun, sendiri!
*dikarenakan kakakku kerja dan ia tak bisa menyetir mobil*

Selang satu jam beliau kembali telpon, kini ia menanyakan kendaraan yang harus ia gunakan untuk ke daerah bogor. Ku jelaskan hingga beliau paham. (ah, beliau memang tak biasa krna terbiasa ada sosok papah yang menemanin) Didetik ini kekhawatiranku semakin bertambah

Setelah aku makan pagi menjelang siang, kembali ia menelpon. Kini beliau telah sampe ditempat tujuan, tapi sayangnya ada beberapa berkas yang tertinggal dan memaksanya harus kembali ke tempat ini lagi dengan keruwetannya. Dari nada suaranya aku tau ia lelah mengurus birokrasi seperti ini. Ah, kalau saja ada aku, sudah pasti aku yang dengan cekatan mengurus ini semua.

Tiba-tiba saja rasa khawatirku memuncak dan air mata ini menetes begitu saja. Aku takut, takut beliau lelah dan sakit. Beliau tak biasanya mengurus ini itu sendiri. Biasanya ada sosok pria gagah di dalam mobil yang sudah menunggunya keluar dari pintu gerbang sekolah (kantornya) dan siap membawanya kemana pun. Tapi kini, beliau tak bisa lagi hanya duduk manis di dalam mobil, ia harus menyiapkan sekuat-kuat tenaganya untuk hal semacam ini.

Allah lindungi dan jaga beliau, ibuku, selalu! :*